Pelapisan Sosial Masyarakat

Friday, May 28, 2010
I. Pengertian Pelapisan Sosial
Masyarakat terbentuk dari individu individu berbeda latar belakang, karenanya bersifat “heterogen”. Sifat ini dorong terbentuk/ lahirnya ‘kelompok sosial’ & ‘lapisan soaial’.

Masyarakat : kesatuan individu berdasarkan ikatan-ikatan yang teratur dan stabil, sehingga pembentukanya punya ‘gejala/ ciri ciri’ sama (kaidah, nilai, norma, etika).
Korelasi masyarakat dan individu bersifat ‘komplementer’ :
a. Masyarakat mempengaruhi individu dalam pembentukan “karakter/ kepribadian”.
b. Individu dapat mempengaruhi dan menyebabkan “perubahan” pada masyarakat.

Pelapisan sosial – ‘social stratification’ : stratum/ strata. Stratifikasi sosial / pelapisan sosial :
Sejumlah individu punya ’kedudukan/ status’ sama menurut ukuran masyarakat tertentu, maka berada pada “strata atau lapisan” tertentu pula.

Beberapa pandangan tentang ‘pelapisan sosial’ :
1. Paritim A, Sorokin, “perbedaan penduduk (status) dalam kelas-kelas yang tersusun bertingkat” (hierarkhi).
2. Theodorson dkk (dictionary of sociologi) : “jenjang status dan peran yang relatif permanen, terdapat dalam sistem sosial berkaitan perbedaan hak, pengaruh dan kekuasaan”.
3. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi: “selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu akan menjadi benih terbentuknya lapisan lapisan di masyarakat”.
4. Karl Marx dengan kata ‘kelas’ (implisit) : “ada dua macam dalam setiap masyarakat; kelas yang memiliki tanah dan alat alat produksi lainya dan kelas yang tidak mempunyai / hanya mempunyai tenaga yang disumbangkan untuk proses produksi” (pemodal – buruh).

Ada bermacam macam tinjauan dan pembagian dalam sistem pelapisan sosial sebagai berikut :
a. Masyarakat terdiri ‘kelas atas’ (upper class) dan ‘kelas bawah’ (lower class).
b. Masyarakat terdiri ‘kelas atas’ (upper class), ‘kelas menengah’ (middle class) dan ‘kelas bawah’ (lower class).
c. Dalam masyarakat terdapat ‘kelas atas’ (upper class), ‘kelas menengah atas’ (upper middle class), ‘kelas menengah’ (middle class), ‘kelas menengah bawah’ (lower middle class) dan ‘kelas bawah’ (lower class).

Pelapisan sosial biasanya di gambarkan dalam bentuk “kerucut / piramida”, yang ‘besar dan banyak di bawah & kecil mengerucut ke atas’.

II. Mengapa terjadi pelapisan sosial
Masyarakat : kesatuan individu bersifat hiterogen, terdapat kelompok dan lapisan sosial.
Perspektif budaya, manusia selalu ‘aktualisasikan’ kemampuanya guna tingkatkan “mutu hidup” dan ‘penuhi kebutuhan’. Proses aktualisasi diri : ‘interaksi & interelasi’ dengan orang lain. Hasilnya : “penuhi kebutuhan, pengakuan, peran, hak, status/ posisi ” di masyarakat (strata sosial).

Manusia makhluk budaya punya kebutuhan :
-Kebutuhan jasmani,
-Kebutuhan rokhani,
-Kebutuhan individu,
-Kebutuhan sosial,
-Kebutuhan biologis.

Ekonomi, kebutuhan manusia :
-Kebutuhan Primer,
-Kenutuhan Sekunder.
-Kebutuhan Tersier,
-Kebutuhan Kwarter.

Umum, kebutuhan manusia :
1. Sandang, 3. Papan. 5. Ketenangan.
2. Pangan, 4. Kesenangan,

III. Bagaimana pelapisan sosial
A. Pelapisan sosial : ciri tetap kelompok sosial.
Dalam kelompok masyarakat sederhana (primitif) hingga modern, pasti ada strata sosial / pelapisan masyarakat. “Pembagian & pemberian kedudukan atas dasar jenis kelamin / gender : ciri khas dan konsep dasar sistem sosial masyarakat kuna”. Masyarakat memberi sikap dan kegiatan berbeda antara laki laki dan perempuan, -- “pembagian kerja & kedudukan” – dipengaruhi sistem budaya.
Masyarakat primitif (belum kenal tulis) telah ada pelapisan sosial, ciri ciri :
a. Ada kelompok berdasar jenis kelamin & umur, membedakan ‘hak dan kewajiban’.
b. Ada kelompok pemimpin suku berpengaruh, punya hak istimewa.
c. Ada pemimpin paling berpengaruh.
d. Ada kelompok orang kecil (kasta) tak terlindungi.
e. Ada pembagian kerja dalam suku.
f. Ada perbedaan standar ekonomi.

B. Proses Terjadinya Pelapisan Sosial.
Proses aktualisasi, interaksi dan interelasi dalam masyarakat, dorong terbentuknya pelapisan sosial. Berdasarkan proses terjadinya pelapisan sosial bisa di bedakan menjadi 2 jenis sebagai berikut :

1. Terjadi dengan sendirinya (alamiah).
Pelapisan sosial terbentuk sesuai pertumbuhan masyarakat. Orang orang yang menduduki lapisan tertentu bukan atas dasar “kesengajaan” yang direncana masyarakat, tapi berjalan dengan sendirinya/ natural. Pengakuan status, peran, wewenang, kekuasaan tumbuh sendirinya; menurut ‘tempat, waktu dan sistem budaya’ masyarakat yang berlaku.

Pada pelapisan sosial jenis ini, “kedudukan/ status seseorang terjadi otomatis” – usia tua, kepandaian lebih, kerabat pembuka tanah ulayat dll.

2. Terjadi dengan sengaja (rekayasa).
Pelapisan sosial terjadi disengaja, biasanya dilakukan untuk capai “tujuan bersama”. Dalam proses ini telah ditentukan secara jelas dan tegas tentang ‘tugas, wewenang, kedudukan’ diberikan pada seseorang. Ada “keteraturan” pasti secara vertikal dan horisotal untuk jamin tercapainya tujun. Contoh : org. Pem. org. Pol. Perusahaan, org formal.

Pelapisan sosial rekayasa/ secara disengaja, punya 2 sistem :
1. Sistem Fungsional : pembagian kerja atas ‘tugas, wewenang, kedudukan’ yang sepadan harus bekerjasama dalam kedudukan sederajad; -- antar kasi, kabag, kabiro, direk.
2. Sistem Sekalar : pembagian kekuasaan menurut tangga/ jenjang (hierarkhi vertikal).
Pelapisan ini punya nilai “lebih & kurang”. Kelebihan : “tercipta keteraturan dan kejelasan kerja u/ jamin tercapai tujuan”. Kekurangan :
Dengan aturan pasti, sulit nyesuaikan perkembangan cepat & dinamis.
Aturan yang pasti, batasi kemampuan personil yang sesungguhnya mampu tapi tak punyai tugas dan wewenang.

C. Sifat Pelapisan Sosial.
Berdasarkan sifatnya, pelapisan sosial dibedakan jadi 2 macam :
1. Pelapisan sosial tertutup.
Perpindahan anggota masyarakat ke level lebih tinggi / rendah, tidak mungkin bisa; kecuali ada hal “istimewa”. Sistem pelapisan sosial ini berdasarkan “kelahiran/ keturunan” manusia, -- sistem ‘kasta, ras, feodal’ seperti Kas. Brahmana, Kas. Ksatria, Kas. Waisya, Kas. Sudra, dan Paria: gol. Tanpa kasta.

2. Pelapisan sosial terbuka.
Setiap anggota masyarakat bisa masuk ke lapisan atas / bawah. Setiap orang punya ‘kesempatan’ duduki segala jabatan, bila ada kesempatan & kemampuan, juga sebaliknya.

IV. Untuk Apa Pelapisan Sosial
Realita masyarakat membuktikan, ada kelompok dan pelapisan sosial baik secara ‘alami/ sengaja’. Strata sosial berdasar “sistem nilai, norma, etika, keturunan, kemampuan, pengaruh, wewenang, kedudukan” dll.

Pahami realita sosial mendorong individu – spirit & kepercayaan hidup dengan berbagai implikasinya.

Masyarakat : tempat hidup, beri kehidupan, penuhi kebutuhan, tapi juga tempat ujian berat, kejam dan sadis. Atau masyarakat : “asal mula kehidupan, tempat proses hidup, tujuan hidup dan terminal akhir kehidupan manusia”.

0 comments:

Post a Comment